haah pada akhirnya sudah sekian lama latihan, saya mendapat cap merah atsu nilai merah untuk latihan, dalam bahasa sunda cap beureum. Namun tidak hanya saya saja yang di tandai merah, tetapi juga banyak hampir 20 orang untuk 1 angkatan, nah pada saat ini guru pembimbing kami Bpa Yudistira, mengusulkan atau punya ide , membuat 1 group yang didalamnya hanya orang-orang terpilih yang tidak bisa seni sunda termasuk saya, di sini group ini harus menampilkan yang terbaik dari yang lainnya dan yang belum pernah di tampilkan pada angkatan sebelumnya. Di sini pa yudi ingin menampilkan sesuatu yang baru .
yaitu bermain alat musik tradisional sunda yang hampir punah yaitu KARINDING, dan pa yudi pun kepikiran menamai group kami dengan nama KARINDING BEUREUM, nama ini di ambil dari nilai kami yang semuanya mempunyai cap merah. Pada awalnya saya itu tidak tau apa itu karinding, bagaimana cara bermainnya, siapa penciptanya, dari bahan apa itu karinding dan bagaimana sejarah awal mula adanya karinding ? lalu saya mencoba memperdalam tentang karinding mulai dari teman komunitas karinding lainya, dari guru seni budaya sunda maupun browsing di internet .
yaitu bermain alat musik tradisional sunda yang hampir punah yaitu KARINDING, dan pa yudi pun kepikiran menamai group kami dengan nama KARINDING BEUREUM, nama ini di ambil dari nilai kami yang semuanya mempunyai cap merah. Pada awalnya saya itu tidak tau apa itu karinding, bagaimana cara bermainnya, siapa penciptanya, dari bahan apa itu karinding dan bagaimana sejarah awal mula adanya karinding ? lalu saya mencoba memperdalam tentang karinding mulai dari teman komunitas karinding lainya, dari guru seni budaya sunda maupun browsing di internet .
Awalnya karinding adalah alat yang digunakan oleh para karuhun untuk mengusir hama di sawah—bunyinya yang low decible sangat merusak konsentrasi hama. Karena ia mengeluarkan bunyi tertentu, maka disebutlah ia sebagai alat musik. Bukan hanya digunakan untuk kepentingan bersawah, para karuhun memainkan karinding ini dalam ritual atau upaca adat. Maka tak heran jika sekarang punkarinding masih digunakan sebagai pengiring pembacaan rajah. Bahkan, konon, karinding ini digunakan oleh para kaum lelaki untuk merayu atau memikat hati wanita yang disukai. Jika keterangan ini benar maka dapat kita duga bahwa karinding, pada saat itu, adalah alat musik yang popular di kalangan anak muda hingga para gadis pun akan memberi nilai lebih pada jejaka yang piawai memainkannya. Mungkin keberadaannya saat ini seperti gitar, piano, dan alat-alat musik modern-popular saat ini.
Beberapa sumber menyatakan bahwa karinding telah ada bahkan sebelum adanya kecapi. Jika kecapi telah berusia sekira lima ratus tahunan maka karinding diperkirakan telah ada sejak enam abad yang lampau. Dan ternyata karinding pun bukan hanya ada di Jawa Barat atau priangan saja, melainkan dimiliki berbagai suku atau daerah di tanah air, bahkan berbagai suku di bangsa lain pun memiliki alat musik ini–hanya berbeda namanya saja. Di Bali bernama genggong, Jawa Tengah menamainya rinding, karimbi di Kalimantan, dan beberapa tempat di “luar” menamainya dengan zuesharp ( harpanya dewa Zues). Dan istilah musik modern biasa menyebut karinding ini dengan sebutan harpa mulut (mouth harp). Dari sisi produksi suara pun tak jauh berbeda, hanya cara memainkannya saja yang sedikit berlainan; ada yang di trim (di getarkan dengan di sentir), di tap ( dipukul), dan ada pula yang di tarik dengan menggunakan benang. Sedangkan karinding yang di temui di tataran Sunda dimainkan dengan cara di tap atau dipukul.
Karinding mulanya terbuat dari pelepah aren dengan panjang 10-20 sentimeter. Namun, dalam perkembangannya, pelepah aren semakin langka karena banyak warga yang menebang pohon aren. Alasan mereka, pohon itu tidak lagi berbuah. Maka, pelepah aren terbuang, tidak sempat tua dan mengering. Material yang digunakan untuk membuat karinding (di wilayah Jawa Barat), ada dua jenis: pelepah kawung dan bambu.
( Gambar karinding yang terbuat dari pelepah kawung )
( gambar karinding yang terbuat dari bambu )
Jenis bahan dan jenis disain bentuk karinding ini menunjukan perbedaan usia, tempat, dan sebagai perbedaan gender pemakai. Semisal bahan bambu yang lebih menyerupai susuk sanggul, ini untuk perempuan, karena konon ibu-ibu menyimpannya dengan di tancapkan disanggul. Sedang yang laki-laki menggunakan pelapah kawung dengan ukuran lebih pendek, karena biasa disimpan di tempat mereka menyimpan tembakau. Tetapi juga sebagai perbedaan tempat dimana dibuatnya, seperti di wilayah priangan timur, karinding lebih banyak menggunakan bahan bambu karena bahan ini menjadi bagian dari kehidupannya.
Karinding umumnya berukuran: panjang 10 cm dan lebar 2 cm. Namun ukuran ini tak berlaku mutlak; tergantung selera dari pengguna dan pembuatnya—karena ukuran ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap bunyi yang diproduksi.
Karinding terbagi menjadi tiga ruas: ruas pertama menjadi tempat mengetuk karinding dan menimbulkan getaran di ruas tengah. Di ruas tengah ada bagian bambu yang dipotong hingga bergetar saat karindingdiketuk dengan jari. Dan ruas ke tiga (paling kiri) berfungsi sebagai pegangan.
Cara memainkan karinding cukup sederhana, yaitu dengan menempelkan ruas tengah karinding di depan mulut yang agak terbuka, lalu memukul atau menyentir ujung ruas paling kanan karindingdengan satu jari hingga “jarum” karinding pun bergetar secara intens. Dari getar atau vibra “jarum” itulah dihasilkan suara yang nanti diresonansi oleh mulut. Suara yang dikeluarkan akan tergantung dari rongga mulut, nafas, dan lidah. Secara konvensional—menurut penuturan Abah Olot–nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada empat jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
Seseorang yang melestarikan karinding adalah Endang Sugriwa alias Abah Olot
( Gambar abah Olot )
ENDANG SUGRIWA
Nama lain : Abah Olot
Usia : 46 tahun
Istri : Lina Karlina
Anak :
- Diki Sumbawa (24)
- Erna Oktaviana (17)
- Agin Nur Prosesta (6)
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Perajin alat musik bambu dan seniman
Penghargaan : Juara Awi-Awi Mandiri 2009 yang diselenggarakan Saung Angklung Udjo dan
Bank Mandiri
Bank Mandiri
Abah olot meyakini, alat musik tradisional sebagai bagian dari kebudayaan suatu suku atau
bangsa harus dilestarikan. Ini demi kebertahanan identitas masyarakat suku atau bangsa tersebut. Tahun 2003, ketika Karinding, alat musik tradisional Sunda, dikabarkan punah, ia terperangah. "Saya punya tanggung jawab," katanya.
Bangkitnya karinding di zamannya anak muda masa kini, pada tahun 2008, pada perayaan ulang tahun Kota Bandung, abah olot bertemu komunitas kreatif kaum muda Bandung yang tergabung dalam Commonrooms.
"Mereka minta suplai karinding untuk dimainkan di depan publik," kata Abah Olot. Pada tahun yang sama dibentuk kelompok musik Karinding Attack beranggota delapan orang. Personil Karinding Attack bukan seniman tradisional Sunda. Mereka berasal dari komunitas musik underground dan death metal yang sering dianggap "budak baong"(anak nakal). Abah Olot justru mengajari mereka memainkan karinding.
"Mereka minta suplai karinding untuk dimainkan di depan publik," kata Abah Olot. Pada tahun yang sama dibentuk kelompok musik Karinding Attack beranggota delapan orang. Personil Karinding Attack bukan seniman tradisional Sunda. Mereka berasal dari komunitas musik underground dan death metal yang sering dianggap "budak baong"(anak nakal). Abah Olot justru mengajari mereka memainkan karinding.
itulah yang saya tau selama ini tentang karinding, sesudah saya mengetahui secara rinci tentang karinding, lalu kami mencoba memainkan karinding dan tentunya masih dibimbing oleh guru kami bpa yudi setelah itu pada saat latihan pa yudi juga rekan-rekan mencoba untuk membuat lagu dan mengkombinasikan alat musik tersebut.
setalah beberapa lama kami latihan dari awal memainkan karinding sampai terbuat lagu yang berjudul eling-eling dan gabungan alat musik karinding, dog-dog juga gong alhamdulilah hasilnya bagus …
sesudah lama latihan dan juga hasilnya bagus dan pada saat tampilpun hasilnya bagus juga memuaskan …
( gambar pada saat tampil pagelaran SMP YAS )
Itulah cerita awalmula tebentuknya group KARINDING BEUREUM generation I, lalu dengan beresnya pagelaran karinding beureum sempat bubar karna mungkin kondisi alatnya tidak memadai juga para personil yang juga kurang berminat mengembangkan kembali seni sunda dan itu pun berbeda kelas jadi komonikasi aga sulit pada saat itu …
Setelah bubarnya group karinding beureum generation I, lalu terbentuklah group karinding berikutnya
Yaitu Next Generation II KARINDING BEUREUM yang seluruh personolilnya dari kelas 9F
BOSA TADI TIPADI ( Bobotoh Santai Tapi Jadi Titian Pak Yudi ) arti kata itu adalah judul acara pagelaran kelas kami kelas 9F, dan kebetulan wali kelas kami adalah guru seni budaya sunda yaitu pa yudi. Awalnya group baru ini terbentuk karna kemauuan kami tentang melestarikan karinding yang hampir punah itu, lalu kami mencari info tentang karinding, mulai dari alat-alat juga nada karinding yang kemudian di mainkan dalam nada yang sama tetapi setelah group karinding beureum sudah bisa memainkan nada yang sama juga memainkan semua alat dari bambu, seperti karinding( abah olot ) , celempung, toleat, water bambo, jiridu dan efek yang terbuat dari bamboe lainya, lalu kami dan pa yudi mencoba untuk membuat sebuah pertunjukan karinding yang berbeda yaitu, berpuisi sunda dengan diringi suara karinding, setelah ide itu tercipta lalulah kami memulai latihan dengan judul puisi sunda tandang karya yayat hendayana dan di ringi dengan musik karinding dari pipirigan tutunggulan dan di gabungkan dengan nada karinding dari lagu maaf cipta’an karinding attack.
setelah semua itu tercipta lalu kami mencoba tampil di berbagai tempat, tanpa di bayar demi sebuah tersohornya nama karinding beureum di mata masyarakat sunda dan juga untuk mental kami di atas pangung dengan memainkan alat musik karinding.
setelah semua itu tercipta lalu kami mencoba tampil di berbagai tempat, tanpa di bayar demi sebuah tersohornya nama karinding beureum di mata masyarakat sunda dan juga untuk mental kami di atas pangung dengan memainkan alat musik karinding.
( Gambar group Karinding Beureum )
( Gambar group Karinding Beureum )
Pada saat acara seni sunda
( Gambar group Karinding Beurem )
Pada saat latihan untuk peresmian gedung palagan atikan sunda
Dan juga masih banyak acara yang kami kunjungi tapi itulah gambar group karinding yang di bisa di tampilkan.
Personil karinding beureum :
Aditya Rustiana (SMA YAS ) : Suling
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000278140341
Andrean Imanudin Ramdani (SMAN16) : Jiridu
Andrean Imanudin Ramdani (SMAN16) : Jiridu
http://www.facebook.com/dean.andrean3
Ari Rostandi (SMKN2) : Vocal & Karinding
Ari Rostandi (SMKN2) : Vocal & Karinding
Devi syech Haludin (SMK2) : Karinding
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000818054692
Fajar Arif Pamungkas (SMK15) : Karinding
Fajar Arif Pamungkas (SMK15) : Karinding
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000381982979
Handika Nursandy (SMK2): Celempung
Handika Nursandy (SMK2): Celempung
http://www.facebook.com/dudungkabayannambru
Khoirul Salman Riyadi (SMAN) : Celempung, Karinding & Toleat
Khoirul Salman Riyadi (SMAN) : Celempung, Karinding & Toleat
http://www.facebook.com/louiejrockstars
Indra Kusumah Kusnadi (SMAN23) : Celempung & Karinding
Indra Kusumah Kusnadi (SMAN23) : Celempung & Karinding
http://www.facebook.com/indra.namB?ref=ts
Taufik Hernandianto (SMKN2) : Karinding
Taufik Hernandianto (SMKN2) : Karinding
http://www.facebook.com/opick.sundanese
Rifki Sawatul Rizal (SMKN2) : Second Vokal
Rifki Sawatul Rizal (SMKN2) : Second Vokal
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000468842908
Angga Handika Fitri (SMKN2) : Karinding
Angga Handika Fitri (SMKN2) : Karinding
jika ada kritik dan saran tentang karinding beureum juga berminat gabung untuk melestarikan karinding kontak person aja ke
Andrean Imanudin Ramdani: HP 085222883359
Andrean Imanudin Ramdani: HP 085222883359
Khoirul Salman Riyadi : HP 089656552827
Mungkin sekian dulu cerita dari saya. tapi kisah saya masih belum selesai dan masih panjang untuk melestarikan budaya sunda .
terima kasih atas perhatiana nya
salam budaya sunda
SAMPURASUN !
salam budaya sunda
SAMPURASUN !
1 komentar:
ada kelompok na oge geuning,karinding beureum
Posting Komentar